Beranda | Artikel
Senantiasa Kembali Kepada Allah dan Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran
Rabu, 19 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Senantiasa Kembali Kepada Allah dan Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Kitab Bawa’itsul Khalash Minadz Dzunub (Faktor-Faktor Yang Dapat Membantu Seseorang Menjauhi Dosa). Pembahasan ini diambil dari satu pasal dari Kitab Ibnu Qayyim rahimahullah yang berjudul عدة الصابرين. Pembahasan ini disampaikan oleh: Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 2 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 10 Desember 2018 M.

Status Program Kajian Kitab Bawa`itsul Khalash Minadz Dzunub

Status program Kajian Kitab Bawa`itsul Khalash Minadz Dzunub: SELESAI. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap ahad & senin pukul 17.00 - 18.00 WIB.

Download kajian sebelumnya: Melawan Hawa Nafsu dan Meninggalkan Sebab-Sebabnya

Kajian Tentang Senantiasa Kembali Kepada Allah dan Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran

16. Senantiasa Kembali Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Berkata Imam Ibnu Qayyim rahimahullah bahwa faktor ke-16 yaitu seseorang senantiasa kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dialah dzat yang hati-hati manusia berada diantara dua jari jari Allah subhanahu wa ta’ala. Juga segala kendali, segala urusan berada di kedua tanganNya dan segala perkara kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena dengan selalu mencari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala bisa jadi seseorang mendapatkan waktu yang waktu itu turun rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam sebuah atsar disebutkan bahwasanya sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai waktu-waktu yang pada waktu-waktu tersebut turun rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Maka berusahalah untuk mencari waktu tersebut dan mintalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk menutup aurat kalian dan mengamankan rasa takut kalian.

Dan dengan selalu berusaha berdoa mencari waktu-waktu turun rahmat tersebut, bisa jadi seorang mendapatkan waktu tersebut yang mana waktu itu tidaklah seorang berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala kecuali Allah mengabulkan permintaannya. Maka barangsiapa yang diberikan taufik untuk selalu berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka pasti dia akan mendapatkan pengabulan dari do’a-do’a tersebut.

Dan janganlah seorang merasa takut, merasa sedih dengan keadaannya pada saat ini. Karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala bermuamalah dengan hamba-hambaNya dengan cara yang tidak seperti cara makhlukNya. Karena tidak ada yang sama dengan Allah subhanahu wa ta’ala dalam sifat-sifatNya. Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah menghalangi seseorang dari sesuatu kecuali Allah ingin memberinya, tidaklah Allah membuatnya sakit kecuali Allah ingin menyembuhkannya, tidaklah Allah membuat dia fakir kecuali Allah ingin memberikannya kekayaan, tidaklah Allah mematikannya kecuali Allah ingin menghidupkannya, dan tidaklah Allah mengeluarkan kedua orang tua manusia dari surga kecuali Allah ingin mengembalikan keduanya dalam keadaan yang lebih sempurna.

Sebagaimana dikatakan:

يا آدم لا تجزع من قولى لك: اخرج منها فلك خلقتها وسأعيدك اليها

“Wahai Adam, janganlah engkau merasa sedih dengan perkataanKu kepadamu: ‘Keluarlah kamu dari surga’ Karena sesungguhnya untukmu lah aku ciptakan surga dan aku akan mengembalikanmu kepadanya.”

Dan Allah subhanahu wa ta’ala memberi nikmat kepada hambaNya dengan cara mengujinya, memberinya dengan cara halanginya, memberinya kesehatan dengan cara memberinya penyakit. Dan janganlah seseorang merasa sedih dalam keadaan yang menimpanya kecuali keadaan tersebut adalah keadaan yang membuat Allah murka dan membuatnya jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Ini adalah faktor ke-16 yang dapat membantu seorang untuk menjauhi perbuatan dosa dan maksiat. Yaitu senantiasa berdoa dan kembali kepada dzat yang di tanganNya segala sesuatu. Karena seorang hamba yang mengetahui bahwasanya hati seluruh manusia, seluruh hamba berada diantara dua jari-jari Allah subhanahu wa ta’ala yang Allah membolak-balikkan hati manusia sesuai kehendakNya. Sebagaimana hal tersebut disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih. Dan bahwasanya kendali segala perkara, segala urusan ditangan Allah subhanahu wa ta’ala. Maka hendaklah seorang hamba selalu kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, selalu bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala, selalu berlindung diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar Allah melindunginya dari keburukan jiwanya dan agar Allah melindunginya dari apa yang Allah murkai dan agar Allah memberinya petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah ta’ala berfirman:

…وَمَن يَعْتَصِم بِاللَّـهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿١٠١﴾

“…Dan barangsiapa yang berpegang teguh dengan tali agama Allah maka sungguh ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imran[3]: 101)

Juga Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

…وَلَـٰكِنَّ اللَّـهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ …

“..tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan…” (QS. Al-Hujurat[49]: 7)

Juga dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat banyak do’a yang menganjurkan kita untuk senantiasa kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam segala perkara yang kita lakukan. Diantara do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اللَّهُمَّ اهْدِنِي لأَحْسَنِ الأَخْلاقِ ، فَإِنَّهُ لا يَهْدِي لأَحْسَنِهَا إِلا أَنْتَ ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلا أَنْتَ

Ya Allah, Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang terbaik, yang tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepada akhlak terbaik tersebut kecuali Engkau, dan palingkanlah aku dari keburukan perangai yang tidak ada yang dapat memalingkannya kecuali Engkau.” (HR. Muslim)

Berkata Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah, “Senantiasa kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan bertawakal kepadaNya adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah dan menjadi bekal seseorang untuk menjauhi segala dosa dan menjadi petunjuk serta sarana seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan.”

17. Dua Perkara Yang Saling Berlawanan

Disebutkan oleh Imam Ibnu Qayyim rahimahullah bahwa hendaknya seorang hamba selalu mengetahui bahwasanya ada dua perkara yang saling berlawanan, dua hal yang saling tarik-menarik. Ini adalah ujian bagi dia. Perkara yang pertama yaitu perkara yang menariknya kepada tempat yang tinggi. Sehingga dia menjadi orang yang mulia. Dan perkara yang kedua yaitu perkara yang selalu menarik dia kepada hal-hal yang rendah.

Apabila seorang hamba tunduk kepada yang menarik dia untuk naik, maka akan tinggi derajatnya. Sampai dia berada diderajat yang sangat tinggi. Dan apabila dia selalu tunduk kepada perkara yang menariknya kepada maksiat, maka derajatnya akan turun sampai dia berada ditempat yang paling rendah. Apabila seseorang ingin mengetahui apakah dia selalu naik atau selalu turun, maka hendaklah ia melihat ruhnya dimuka bumi ini. Apabila ruhnya tersebut telah berpisah dengan badannya, maka ia akan naik ke atas jika selama di dunia dia selalu mengikuti tarikan yang pertama. Karena seseorang bersama dengan orang yang ia cintai secara akal. Dan setiap orang yang suka terhadap sesuatu, maka ia akan selalu mengikuti perkara tersebut. Dan setiap orang selalu mengamalkan apa yang ia sukai. Allah ta’ala berfirman:

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ…

Katakanlah: “Tiap-tiap orang beramal sesuai dengan keadaannya masing-masing”…” (QS. Al-Isra`[17]: 84)

Hati-hati yang mulia akan selalu tertarik untuk melakukan perkara-perkara yang mulia. Sebaliknya, jiwa-jiwa yang rendah akan selalu melakukan perkara-perkara yang hina.

Ini adalah perkara ke-17  yang dapat membantu seorang menjauhi perbuatan dosa dan maksiat. Yaitu dia selalu sadar bahwasanya ada dua hal yang selalu tarik-menarik, dua hal yang berlawanan. Yaitu kebaikan dan keburukan. Dan setiap hamba akan selalu di tarik untuk melakukan kebaikan atau melakukan keburukan. Tarikan kebaikan yang mengajaknya kepada derajat yang tinggi dan sebaliknya, ada juga ajakan yang selalu mengajaknya untuk melakukan maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Seperti jiwa yang mengajak kepada keburukan setan, teman-teman buruk dan apabila seorang hamba selalu mengikuti ajakan ajakan kebaikan, dia akan menang. Sebaliknya, jika dia mengikuti ajakan keburukan dia akan binasa.

Jika telah diketahui hal ini, maka wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan hal tersebut dan melihat ajakan-ajakan kepada kebaikan dan ia terus mengikutinya. Hendaklah ia menjauhi ajakan-ajakan kepada keburukan yang membinasakannya. Setiap orang akan dikumpulkan dengan siapa yang ia cintai sebagaimana tertera dalam hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

Seseorang akan bersama dengan apa yang ia cintai” (HR. Tirmidzi)

18. Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran

Hendaklah seorang hamba mengetahui bahwasanya mengosongkan hatinya dari segala kotoran adalah syarat turunnya rahmat kepada hati tersebut. Dan membersihkannya dari segala kotoran adalah syarat kesempurnaan suatu hati. Ketika seseorang tidak mengosongkan hatinya, maka tidak akan turun rahmat kepada tempat tersebut. Apabila ia kosongkan sampai kemudian turun rahmat kepadanya akan tapi belum dibersihkan dari kotoran-kotoran, maka tidak akan tumbuh kebaikan dalam hati tersebut. Bahkan bisa jadi kotoran itu justru menguasai hatinya. Seperti seorang yang ingin menanami suatu tanaman di kebunnya kemudian yang menyiapkan tumbuhan tersebut, lalu ia menanam benih di tanah tersebut kemudian menunggu turunnya hujan.

Apabila seorang hamba telah membersihkan hatinya, mensucikannya dari segala kotoran kemudian ia menanam dalam hatinya benih-benih dzikir, benih-benih keikhlasan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kemudian ia menunggu angin-angin rahmat dan menunggu turunnya hujan-hujan rahmat pada waktunya, maka insyaAllah ia akan mendapatkan hasil yang baik.

Sebagaimana harapan ia akan semakin besar ketika ia meminta diwaktu-waktu yang diwaktu tersebut turun rahmat-rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Dan rahmat tersebut kemungkinan besar akan turun terutama ketika diwaktu-waktu hati-hati berkumpul dan ketika pada manusia berkumpul di suatu waktu seperti ketika berada di Arafah atau diwaktu Istisqa’ atau diwaktu hari Jum’at. Karena ketika seseorang berkumpul, maka turunnya rahmat Allah subhanahu wa ta’ala akan semakin mudah. Sebagaimana seorang selalu berusaha untuk mencari sebab agar sesuatu itu terjadi.

Akan tetapi dikarenakan kebodohan seorang hamba, dia selalu melihat perkara yang tampak dan tidak melihat perkara yang tidak tampak. Dia hanya beriman, mempercayai sesuatu yang kelihatan. Hal ini disebabkan kedzalimannya, dia selalu mengutamakan sesuatu yang kelihatan. Padahal seorang hamba jika mengosongkan hatinya, membersihkan hatinya dari perkara-perkara yang merusak hati tersebut, maka hati tersebut akan menjadi bersih. Dan sesungguhnya karunia Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah turun kepada seorang hamba kecuali disebabkan karena adanya penghalang yang ada dihati hamba tersebut.

Perhatikan keadaan sebuah sungai yang mengalir dan mengairi tanah-tanah yang ada di dekat sungai tersebut. Akan tetapi ketika ada tanah yang terhalang oleh suatu penghalang yang besar, yang sulit untuk dimasuki oleh air sungai tersebut, maka pemilik tanah tersebut akan merasa heran kenapa tanahnya kering padahal air sungai mengalir di sampingnya?

Ini adalah faktor ke-18 yang dapat membantu seseorang menjauhi perkara dosa dan maksiat. Yaitu membersihkan dirinya sebelum menghiasinya dengan amal shalih. Pengarang kitab ini rahimahullah menjelaskan kaidah yang sangat penting. Yaitu seorang hendaklah mensucikan hatinya dari segala kotoran syirik, kotoran bida’ah dan kotoran maksiat. Karena membersihkan hati dari kotoran bid’ah, syirik dan maksiat adalah syarat untuk mendapatkan kebaikan dan berkah.

Kemudian beliau memberi perumpamaan yang nampak. Yaitu seorang yang ingin menanam satu tanaman, hendaklah ia membersihkan tanahnya terlebih dahulu dari kotoran dan menyiapkan yang untuk ditanami. Kemudian setelah itu barulah tanah tersebut siap untuk menumbuhkan tanaman dan membuahkan hasil. Kemudian setelah hal tersebut ia lakukan, ia pun harus memperhatikan tanaman yang ia tanam dan melindunginya dari segala yang merusaknya. Melindunginya dari tanaman-tanaman dan hama-hama yang mengganggunya yang mana hama-hama tersebut bisa jadi merusak bahkan mematikan pohon tersebut. Apabila ia telah melakukan hal ini, maka tanamannya akan tumbuh dengan baik. Begitu pula keadaan seorang yang beriman. Hendaklah ia selalu bersungguh-sungguh untuk mensucikan dirinya, membersihkannya dari segala jenis syirik dan maksiat agar iman tumbuh didalam hatinya dan berbuah. Kemudian setelah itu dia berusaha menjaga keimanan tersebut, membersihkannya dari kotoran-kotoran dosa dan maksiat dengan cara berusaha untuk segera bertaubat dan beristighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan berlepas diri dari segala perbuatan dosa dan maksiat agar iman yang terus bertambah dalam hatinya dan rahmat serta berkah Allah turun kepadanya.

Simak pada menit ke – 26:26

Simak Penjelasan Lengkap dan Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Senantiasa Kembali Kepada Allah dan Mengosongkan Hati dari Segala Kotoran


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45498-senantiasa-kembali-kepada-allah-dan-mengosongkan-hati-dari-segala-kotoran/